Gambar diambil dari :
http://www.postcrossing.com/gallery
Namanya Anya. Usianya baru akan menginjak delapan tahun pada tanggal delapan di bulan delapan nanti, tangga spesial yang membuat Anya memohon pada kedua orangtuanya agar ulang tahunnya kali ini dirayakan bersama beberapa teman sekelasnya.
Mama dan Papa tidak kuasa menolak permintaan anak semata wayang mereka, terlebih selama ini mereka tidak pernah merayakan ulang tahun Anya dikarenakan kondisi keuangan yang tidak mencukupi.
Anya tidak pernah mengeluhkan hal itu namun tahun ini, entah mengapa gadis cilik itu bersikeras ingin hari kelahirannya dirayakan bersama orang-orang yang dikasihinya, "Sekali saja seumur hidup, Anya ingin mengetahui bagaimana rasanya berbagi kebahagiaan dengan yang lainnya, Ma, Pa," Anya menggenggam erat tangan kedua orangtuanya dan tatapannya memohon penuh kesungguhan, "Anya janji, tahun depan dan seterusnya Anya tidak akan meminta ulang tahun Anya untuk dirayakan lagi."
Kedua orangtuanya mengangguk dan memeluk anak kesayangan mereka. Permintaan Anya tidaklah mengada-ada, masih memungkinkan untuk dilaksanakan. Mereka hanya perlu menghemat pengeluaran yang masih bisa ditekan dan sang ayah bertekad untuk bekerja lebih giat lagi agar bisa memenuhi permintaan anaknya.
Sebulan menjelang hari yang dinanti, Anya sudah tidak sabar menantikan datangnya hari ulang tahunnya. Setiap malam sebelum tidur, Anya selalu mencoret tanggal di kalendar sambil menghitung berapa lama lagi ia masih harus menunggu.
Di awal bulan Agustus, Anya berlari pulang setelah main ke rumah temannya yang tinggal hanya berbeda beberapa blok dari rumahnya. Anya mencari Mama di dapur. Penuh semangat Anya menceritakan kucing peliharaan temannya itu belum lama ini baru melahirkan tiga ekor anak dan temannya telah berjanji akan memberikan seekor sebagai hadiah ulang tahun.
Anya terdiam sejenak kemudian ragu-ragu menarik celemek Mama sambil berkata, "Anya boleh memelihara anak kucing itu khan ya, Ma? Anya berjanji akan merawatnya dengan telaten sehingga tidak akan merepotkan Mama."
Mama tersenyum, "Asal kamu janji ya tidak akan lupa memberinya makan serta membersihkan kotorannya," Anya menganggukkan kepala kuat-kuat lalu menaruh tangannya di dada sambil mengucapkan janji yang membuat Mama tertawa seraya mengacak rambut anaknya.
"Nah, sekarang Anya cuci tangan dulu lalu makan ya. Mama telah menyiapkan makanan kesukaanmu hari ini."
"Asyik," tanpa perlu disuruh dua kali, Anya langsung berlari mencuci tangannya dan membuka tudung saji di meja makan. Air liurnya menetes melihat ayam goreng kecap dan sayur bayam buatan sang ibu, "Ma, ayo kita makan bersama." Ibu dan anak itupun duduk berdampingan sambil menyantap hidangan yang tersaji, sesekali mereka mengobrol walau lebih sering Anya yang berceloteh mengenai beragam hal yang terjadi di sekolah sementara Mama lebih banyak tersenyum.
Hari demi hari berlalu, esok adalah hari yang telah dinantikan Anya sejak lama. Ketika Anya terbangun, ia menemukan sebuah bungkusan berpita cantik tergeletak di samping tempat tidurnya. Sebuah kertas menyembul dari balik amplop yang direkatkan di bagian atas bungkusan tersebut. Anya menarik keluar notes itu lalu membacanya, ia memekik girang membaca apa yang tertulis di kertas itu, "Anya sayang, Mama telah membeli baju spesial untuk ulang tahunmu besok. Nanti Anya coba ya, kalau ada yang tidak pas, Mama akan benarkan jahitannya. Salam sayang, Mama."
Tak sabar, Anya merobek bungkusan itu. Di dalamnya terdapat sebuah gaun cantik model kimono Jepang dengan motif bunga. Anya tidak tahu bagaimana cara memakainya, karenanya ia berlari ke kamar orangtuanya sambil membawa baju tersebut, "Mama, bajunya cantik sekali! Terima kasih ya, Ma!" Mata Anya tampak berbinar-binar membayangkan dirinya dalam balutan kimono ungu itu, "Mama tolongin Anya memakainya ya."
Anya mematut-matut dirinya, ia tampak senang sekali melihat bayangan yang terpantul di cermin. Gadis cilik yang dilihatnya itu tampak sangat cantik, "Oh, Mama, besok jangan lupa ya dandanin rambut Anya juga. Dan Mama tahu tidak, Tante Sophie yang tinggal di rumah sebelah memperbolehkan Anya memetik bunga di pekarangan rumahnya."
Kembali Anya memutar-mutar tubuhnya sambil sesekali menatap bayangannya di cermin. Anya membayangkan besok pasti dirinya akan terlihat lebih manis dengan rambut diikat dan dibentuk dua bundelan di bagian atas kepalanya sementara tangannya menggenggam beberapa tangkai bunga dari pekarangan Tante Sophie.
"Dan nanti sore, Ma, Vera akan membawakan anak kucing yang telah dijanjikannya itu. Ah, Mama, Anya senang sekali." Anya menari-nari di kamar orangtuanya. Mama tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah anaknya.
"Ayo, sekarang lepaskan dulu bajumu itu, Anya, biar tidak kusut." Anya tampak enggan melepas baju barunya itu, ingin rasanya ia memakainya tidur agar besok ketika terbangun di hari ulang tahunnya, penampilannya terlihat cantik. Lalu Anya teringat Vera yang akan main ke rumahnya sore nanti, buru-buru Anya mencopot baju barunya dan memakai pakaian bermainnya karena Anya tidak ingin Vera melihat penampilannya sebelum hari H.
Tepat jam lima sore, Vera datang membawa seekor anak kucing berbulu putih yang tampak amat menggemaskan. Anya jatuh hati sejak pertama melihatnya dan memberinya nama Milky.
"Kenapa Milky?" Tanya Vera yang dijawab Anya, "Karena bulunya mengingatkanku pada susu dan susu itu manis, sama seperti Milky!" Anya memeluk sayang anak kucing yang telah resmi menjadi miliknya itu.
"Makasih banyak ya, Vera, aku senang sekali dengan hadiahmu ini." Anya mencium hidung Milky yang membalas dengan menjilatnya.
"Sama-sama, Anya, aku senang kalau kamu suka. Aku pulang dulu ya, Anya, tadi Mama berpesan agar aku tidak lama-lama main ke rumahmu karena nanti pas Papa pulang kami bertiga akan berkunjung ke rumah Nenek."
Anya mengantar Vera ke teras depan rumahnya sambil tetap memeluk Milky, "Sampai jumpa besok ya, Vera, dan sekali lagi terima kasih." Setelah Vera menghilang dari pandangan matanya, barulah Anya kembali masuk ke dalam rumah lalu memperkenalkan anggota terbaru keluarga mereka kepada kedua orangtuanya.
Sepanjang sisa sore sampai dengan malam menjelang, Anya sibuk bermain dengan Milky, bahkan Anya berniat untuk membawa Milky tidur bersamanya tapi dengan tegas Mama menolak ide Anya itu, "Milky tidak boleh tidur di kamarmu, Anya!" Mama menyodorkan keranjang bambu yang sudah diberi alas selimut tebal agar Milky tidak kedinginan.
Pagi-pagi sekali Anya telah bangun dan langsung mencari Milky yang masih meringkuk di dalam keranjang. Anya mengelus Milky yang menggeliat lalu perlahan membuka matanya. Anya meraih sebotol susu yang telah disiapkannya khusus untuk Milky. Sayangnya Milky masih belum bisa menyedot langsung dari botol susu tersebut, karenanya Anya membuka botol susu itu, mencelupkan jarinya lalu meneteskan susu itu ke mulut Milky yang menjilat-jilatnya dengan lahap.
Saking asyiknya menyusui Milky, Anya sampai lupa waktu dan baru menyadari dirinya belum bersiap-siap ketika Mama menegurnya. Anya langsung masuk ke kamar mandi dan bergegas ke rumah Tante Sophie untuk memetik beberapa tangkai bunga. Tentu saja tak lupa Milky dibawanya serta karena Anya ingin selalu berada bersama Milky.
Anya mengetuk pintu rumah Tante Sophie, terdengar teriakan dari dalam rumah agar Anya bisa langsung memetik bunga di kebun. Namun memetik bunga seraya menggendong Milky terbukti menyusahkan. Anya terpaksa menaruh Milky di tanah seraya berpesan padanya, "Kamu jangan pergi ke mana-mana ya, Milky, tinggal saja di dekat aku," Milky hanya menatap Anya dengan kedua bola matanya yang bulat lalu mengeong lemah.
Ketika Anya sedang memetik bunga, Tante Sophie keluar dari dalam rumah sambil membawa nampan berisi secangkir coklat panas dan beberapa potong kue coklat keju. Tante Sophie memanggil Anya dan mempersilahkannya menyantap semua yang telah disediakan. Anya melahapnya dengan nikmat sambil tak lupa mengucapkan terima kasih atas bunga dan kue serta kado boneka beruang mungil yang diberikan Tante Sophie ketika Anya hendak meninggalkan rumahnya.
Ketika hampir sampai pintu pagar rumah Tante Sophie, Anya baru menyadari bahwa Milky menghilang! Anya memanggil-manggil namanya tapi tidak terdengar suara sahutan. Anya mulai kuatir, ingin rasanya ia menangis dan menyesal mengapa ia tidak terus menggendongnya saat memetik bunga.
Dengan lesu Anya pulang ke rumahnya dan menaruh bunga serta boneka dari Tante Sophie lalu mengurung dirinya di kamar. Mama yang masih sibuk memanggang kue kering untuk dibagikan kepada para tetangga dan teman-teman Anya yang akan datang merayakan ulang tahunnya di rumah, tidak menyadari mendung yang menyelimuti wajah anaknya.
Menjelang jam makan siang Mama memanggil Anya dan membantunya berganti pakaian lalu menata rambut Anya sesuai yang diinginkannya. Seraya mengoleskan bedak ke wajah anaknya, Mama berpikir betapa cantiknya anaknya yang hari ini berulang tahun ke delapan. Mama mengecup kedua belah pipi Anya lalu memeluknya, "Selamat ulang tahun ya, Sayang. Mama sayang sekali sama Anya dan Mama bahagia memiliki anak seperti Anya."
Walau masih merasa sedih kehilangan Milky, Anya tersenyum mendengar ucapan Mama, ia balas memeluk Mama erat-erat dan membisikkan di telinganya, "Anya juga sayang sekali sama Mama."
"Nah, sekarang kamu tolong antarkan kue ini dulu ke rumah Tante Magda ya, Anya. Tadi pagi Tante Magda menelpon dan bilang kalau Abel tidak bisa datang ke pesta ulang tahunnya karena sejak semalam terkena demam tinggi. "
Anya menerima kantong plastik berisi dua toples kue keju lalu berjalan menuju rumah Tante Magda. Anya sempat menjenguk Abel yang masih terlihat lemas walau demamnya telah turun. Abel mengucapkan selamat ulang tahun pada Anya dan menyerahkan kotak mungil berisi gelang yang dibuatnya sendiri yang langsung dipakai Anya sambil tak lupa berterima kasih atas hadiahnya. Anya kemudian pamit karena sebentar lagi teman-temannya akan datang ke rumah. Anya berharap Abel akan segera sembuh dan mereka bisa kembali main bersama.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Anya melihat Milky sedang berdiri di tengah jalan. Anya berteriak memanggilnya dan kucing kecil itu menoleh kemudian berjalan pelan ke arah Anya yang berlari menyambutnya. Mama dan Papa selalu berpesan agar Anya memperhatikan arus kendaraan sebelum menyebrang jalan dan biasanya Anya selalu mengingat nasihat kedua orangtuanya itu. Namun rasa senang karena berhasil bertemu kembali dengan Milky membuatnya lupa akan pesan Mama dan Papa.
Ciiitttt..
Sang pengemudi menginjak rem keras-keras, berusaha menghindari anak kecil yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan. Terdengar suara benturan keras dan tubuh Anya yang memeluk Milky terlempar beberapa meter. Milky melepaskan diri dari pelukan Anya. Lidah mungilnya terjulur dan menjilati tangan Anya, ia mengeong pelan memanggil Anya namun tidak mendapatkan jawaban, akhirnya Milky melenggang pergi, berusaha menyusuri jejak induknya.
Anya, gadis cilik yang hari ini genap berusia delapan tahun. Bermata sipit, berkulit putih bersih yang membuatnya sekilas terlihat mirip seperti orang Jepang, terlebih dengan baju model kimono yang dikenakannya itu. Hobinya makan makanan enak dan bersepeda di sore hari. Yang paling disayanginya di dunia ini adalah Mama dan Papa yang mana keduanya terlihat berlarian sambil bersimbah air mata.
-Indah-
Senin 2/1 (7:05 am)
~.*.~
Words : 1.636
No comments:
Post a Comment